Kehadiran seorang anak merupakan anugerah terbesar bagi sebuah keluarga. Oleh karena itu, menjaga proses kehamilan dengan baik bukan hanya bentuk kasih sayang terhadap calon bayi, tetapi juga tanggung jawab moral dan biologis agar anak lahir dalam keadaan sehat, baik jasmani maupun rohani.
Salah satu bentuk gangguan serius yang bisa dicegah sejak dalam kandungan adalah kondisi disabilitas netra pada anak, atau kebutaan. Banyak orang belum menyadari bahwa kesehatan ibu hamil sangat berpengaruh terhadap perkembangan organ vital janin, termasuk mata.
Kesehatan Ibu sebagai Pondasi Perkembangan Janin
Kehamilan adalah masa krusial yang menentukan masa depan seorang anak. Segala bentuk asupan, gaya hidup, kondisi psikis, dan riwayat kesehatan ibu hamil dapat memengaruhi pembentukan organ-organ janin, termasuk sistem penglihatan.
Penelitian oleh Grzybowski et al. (2015) menjelaskan bahwa infeksi virus seperti rubella pada trimester pertama kehamilan memiliki dampak signifikan terhadap kelainan kongenital pada bayi, termasuk katarak kongenital dan retinopati.
Menurut World Health Organization (WHO, 2021), rubella kongenital merupakan salah satu penyebab utama kebutaan pada anak-anak di negara berkembang. Hal ini menegaskan bahwa perlindungan ibu hamil terhadap penyakit menular bukan hanya soal kesehatan ibu, tapi menyangkut masa depan penglihatan anaknya.
Faktor Penyebab Disabilitas Netra yang Bisa Dicegah
Beberapa penyebab kebutaan pada bayi baru lahir diketahui berkaitan langsung dengan kondisi kehamilan, antara lain:
- Infeksi intrauterin seperti rubella, toksoplasmosis, dan cytomegalovirus (CMV).
- Kekurangan nutrisi, terutama vitamin A, asam folat, dan zat besi, yang berpengaruh pada pembentukan retina dan sistem saraf optik.
- Penggunaan obat terlarang atau zat kimia berbahaya, yang dapat menyebabkan kerusakan sistem saraf janin.
- Komplikasi persalinan, seperti prematuritas dan asfiksia, yang bisa memicu retinopati prematuritas (ROP).
Dalam jurnal yang diterbitkan oleh American Academy of Pediatrics (2013), disebutkan bahwa bayi prematur dengan berat lahir rendah memiliki risiko tinggi mengalami retinopathy of prematurity (ROP) — yaitu kelainan retina yang bisa menyebabkan kebutaan permanen.
Kejadian ini sering kali dikaitkan dengan perawatan kehamilan yang kurang optimal, termasuk kurangnya kontrol medis dan kekurangan gizi ibu.
Peran Pemeriksaan dan Edukasi Kesehatan Ibu
Menjaga kesehatan ibu hamil tidak hanya berarti menghindari penyakit, tapi juga melakukan pemeriksaan secara berkala.
Melalui kontrol kehamilan, dokter dapat mendeteksi dini kemungkinan infeksi, kelainan janin, atau kebutuhan nutrisi yang kurang.
Edukasi tentang gizi, kebersihan, imunisasi (seperti vaksin MMR sebelum hamil), dan gaya hidup sehat sangat penting untuk mencegah lahirnya anak dengan gangguan penglihatan.
Penelitian oleh Simons et al. (2016) yang dimuat dalam The Lancet Global Health menekankan bahwa edukasi kesehatan reproduksi pada calon ibu dan wanita usia subur sangat efektif dalam menurunkan angka disabilitas bawaan, termasuk gangguan penglihatan, terutama di wilayah dengan akses medis yang masih terbatas.
Penutup
Disabilitas netra tidak hanya sebagai takdir yang datang begitu saja. Banyak kasus kebutaan pada anak yang sesungguhnya bisa dicegah sejak masa kehamilan, asalkan ibu mendapatkan pendampingan medis yang tepat dan menjalani gaya hidup sehat.
Maka dari itu, penting bagi setiap calon ibu, juga keluarga dan lingkungan sekitar, untuk memahami betapa besar peran mereka dalam membentuk masa depan anak yang sehat.
Dengan menjaga kesehatan ibu hamil, kita bukan hanya menyelamatkan satu generasi dari risiko disabilitas, tetapi juga ikut menciptakan peradaban yang lebih inklusif dengn kolaboratif, dan berkualitas.