Tanpa Melihat, Kita Tetap Bisa Tumbuh
Penulis: Regina Sabila (Kepala Departemen Keagamaan Dan Pengembangan Dakwah)
Editor: Tim Redaksi YPDN
Tidak semua orang menjalani hidup dengan kondisi yang sama. Sebagian bisa melihat dunia dengan jelas, sebagian lainnya hidup dalam keterbatasan penglihatan.
Tapi satu hal yang pasti: iman bukan sesuatu yang hanya bisa dirasakan oleh yang memiliki segalanya secara fisik. Iman tumbuh dari dalam—dari hati yang sadar, dari usaha yang sungguh-sungguh.
Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:
Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, tetapi yang buta ialah hati yang di dalam dada.
(QS. Al-Hajj: 46)
Ayat ini tidak sedang menyindir orang yang tak mampu melihat secara fisik. Ayat ini sedang mengingatkan bahwa yang membuat manusia sesat bukan karena inderanya tidak berfungsi, melainkan karena hatinya tertutup.
Karena itu, iman bukan soal bisa melihat, tapi soal bisa merasa dan memahami.
Berikut beberapa cara sederhana yang bisa membantu kita tetap menjaga semangat iman—baik dalam keterbatasan maupun dalam kelapangan.
- 1. Pahami Bahwa Keterbatasan Bukan Penghalang untuk Berbuat Baik
Terkadang, kita terlalu fokus pada apa yang tidak bisa kita lakukan, sampai lupa bahwa masih banyak hal baik yang bisa dikerjakan.
Kita mungkin tidak bisa membaca kitab langsung, atau datang ke kajian secara rutin. Tapi kita bisa mendengarkan, bisa bertanya, bisa berbagi lewat suara, tulisan, atau sekadar menjadi teman yang baik.
Allah tidak pernah menilai besar kecilnya tindakan semata. Yang dinilai adalah keikhlasan dan usaha.
Maka selama kita berusaha untuk tetap dekat kepada-Nya—meski dengan cara yang berbeda—itu sudah cukup berharga di sisi-Nya.
- 2. Iman Bisa Dirawat dengan Hal-Hal Kecil yang Konsisten
Menjaga iman tidak harus dimulai dari hal besar. Bahkan, terlalu memaksakan diri justru bisa membuat kita lelah.
Cobalah mulai dari hal-hal kecil yang bisa dilakukan setiap hari:
- Mendengarkan murottal atau kajian singkat
- Menulis catatan harian tentang perasaan dan perenungan diri
- Berdoa dengan bahasa sendiri, jujur dari hati
- Saling mengingatkan kebaikan dengan teman-teman
Seperti yang disampaikan Rasulullah ﷺ: “Amalan yang paling dicintai Allah adalah yang paling terus-menerus meskipun sedikit.” (HR. Bukhari & Muslim)
- 3. Jangan Menilai Diri Sendiri atau Orang Lain Berdasarkan Fisik atau Kondisi
Kita semua sama-sama manusia, dengan potensi untuk berbuat baik maupun melakukan kesalahan.
Keterbatasan fisik, seperti tidak bisa melihat, tidak membuat seseorang lebih baik atau lebih buruk dari yang lain.
Setiap orang punya jalan hidupnya masing-masing, dan pilihan-pilihan dalam menjalani kehidupan itulah yang menjadi penentu arah iman kita.
Alih-alih menilai, lebih baik saling menguatkan.
Karena tidak ada yang lebih suci atau lebih hina hanya dari kondisi lahiriah. Yang membedakan hanyalah ketulusan dalam memperbaiki diri.
- 4. Bertumbuh Tidak Harus Sendirian
Berjuang menjaga iman bisa jadi terasa berat kalau dijalani sendirian.
Maka penting untuk mencari teman atau lingkungan yang mendukung. Tidak harus besar, cukup satu atau dua orang yang bisa menjadi tempat berbagi, saling mengingatkan, dan tumbuh bersama.
Kalau belum ada? Jadilah orang yang memulai. Karena setiap perubahan besar sering kali dimulai dari satu langkah kecil yang konsisten dan niat yang lurus.
Penutup:
Allah tidak pernah menuntut kita menjadi sempurna. Yang Allah harapkan hanyalah usaha kita untuk terus mendekat, meskipun perlahan, meskipun terbatas.
Maka jangan biarkan keterbatasan menjadi alasan untuk berhenti bertumbuh.
Karena dalam keterbatasan pun, kita tetap bisa mendekat. Dalam gelap sekalipun, iman tetap bisa menyala.